🌱 Dari Arabika ke Robusta
Budidaya kopi di Lampung dimulai sejak tahun 1841, ketika pemerintah kolonial Belanda mulai meneliti potensi pertanian di wilayah ini. Awalnya, kopi yang ditanam adalah jenis Arabika, yang dibawa dari Jawa. Namun, Arabika tidak berkembang optimal karena serangan penyakit karat daun yang mulai mewabah sekitar tahun 1876
Sebagai alternatif, Belanda mencoba menanam Liberika, tetapi hasilnya juga tidak memuaskan karena penyakit yang sama.
🌍 Masuknya Coffea canephora (Robusta)
Pada tahun 1901, Belanda mendatangkan bibit Coffea canephora dari Belgian Kongo (sekarang Republik Demokratik Kongo). Jenis ini lebih tahan penyakit, tumbuh cepat, dan cocok dengan iklim tropis serta dataran rendah seperti di Lampung

Robusta mulai ditanam secara luas di Lampung sekitar tahun 1910, menggantikan Arabika dan Liberika yang gagal. Sejak itu, kopi robusta menjadi tulang punggung produksi kopi di provinsi ini.
🚜 Peran Kolonisasi dan Transmigrasi
Untuk mendukung budidaya kopi, Belanda menerapkan kebijakan kolonisasi pada tahun 1905, memindahkan penduduk dari Jawa ke Lampung. Para transmigran ini menjadi tenaga kerja utama dalam pengembangan kebun rakyat, termasuk kopi, lada, dan karet
📈 Perkembangan Hingga Kini
Meski awalnya lambat, produksi kopi robusta di Lampung terus meningkat. Kini, Lampung menjadi salah satu penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia, dengan daerah sentra seperti Tanggamus, Way Kanan, dan Lampung Barat.
Kopi robusta Lampung dikenal karena:
- Rasa pahit yang kuat
- Aroma khas
- Kandungan kafein tinggi
- Cocok untuk kopi tubruk dan campuran espresso